Melukis tidak harus selalu di atas kanvas. Anda juga bisa melakukannya di atas kulit kayu, seperti yang dilakukan masyarakat di Pulau Asei, Papua. Hasilnya? Menakjubkan.
Salah satu tempat wajib yang harus Anda kunjungi saat ke Jayapura adalah Pulau Asei. Sama seperti Pulau Samosir yang berada di tengah danau, Pulau Asei juga berada di tengah Danau, tepatnya Danau Sentani.
Pulau ini memiliki satu keseniannya yang khas dan harus Anda lihat, yaitu melukis di atas kulit kayu. Budaya melukis di kulit kayu ini ternyata sudah ada sejak tahun 1600-an, dan diajarkan secara turun temurun.
Budaya melukis kayu sempat menghilang lantaran masuknya budaya tekstil untuk pakaian. Pada masa itu, pengrajin Pulau Asei berubah haluan menjadi pengrajin tekstil. Kegiatan melukis kayu baru kembali marak pada 1971.
Untuk membuat sebuah lukisan kayu ternyata tidak mudah. Bahan yang diperlukan cukup banyak, lengkap dengan persiapan yang cukup rumit. Untuk bahan, jenis kulit kayu yang digunakan adalah kayu dari pohon khombouw.
Jika ingin mencoba membuat kerajinan ini, pertama-tama Anda harus mencari pohon khombouw yang batangnya berdiameter tak kurang dari 15 cm. Kemudian pohon ditebang untuk dikuliti.
Kulit bagian luar dikikis, untuk kemudian ditumbuk di atas batu dengan menggunakan besi. Usai proses penumbukkan, kulit bisa dibilas dan dibersihkan.
Langkah selanjutnya adalah mengeringkan kulit dengan cara dijemur. Baru, setelah kulit kayu mengering, para pengrajin mulai melukis dengan menggunakan kapur dan racikan pewarna dari daun dan getah. Biasanya pengrajin menggunakan kapur sebagai pewarna putih, arang untuk pewarna merah, dan bata merah untuk warna merah.
Ada banyak ragam motif yang bisa Anda lihat di lukisan kayu. Masing-masing motif pun memiliki artinya tersendiri. Salah satu motif yang paling terkenal adalah fouw.
Fouw adalah motif milik keluarga raja yang bentuknya berupa garis membentuk spiral. Makna dari simbol ini adalah ikatan kebersamaan dan kekeluargaan. Selain fouw, ada motif lain seperti yoniki yang berarti "kebesaran seluruh Sentani" atau hakhalu yang berarti "putri raja".
Para wisatawan yang datang ke Pulau Asei, biasanya menjadikan lukisan kayu ini sebagai salah satu oleh-oleh khas dari Papua. Anda pun bisa membelinya jika tertarik.
Soal harga, semua tergantung model, ukuran, dan tingkat kesulitan saat proses pembuatan. Untuk pembatas buku biasa dijual Rp 2.000 per buah, kartu pos berkisar Rp 5.000-10.000, sementara untuk lukisan dengan ukuran 40x60 cm dijual seharga Rp 50.000.
ConversionConversion EmoticonEmoticon